bimbingan dan konseling
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Materi
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang
dilakukan oleh seorang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu,
baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar orang yang dibimbing mendapat mengembangkan
kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu
yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang ada.
Optimalisasi pelayanan
bimbingan dan konseling perlu dilakukan sehingga pelayanan bimbingan dan konseling
benar-benar memberikan kontribusi pada penetapan visi, misi, dan tujuan sekolah
dan madrasah yang bersangkutan. Kegiatan ini didukung oleh manajemen pelayanan
yang baik pula guna tercapainya peningkatan mutu pelayanan bimbingan dan
konseling.
B.
Tujuan Mempelajari Materi
Bimbingan dan
konseling merupakan sebuah disiplin ilmu yang tentu saja memiliki unsur-unsur
yang menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam penyelenggaraan program
bimbingan dan konseling di sekolah, untuk itu kami mencoba membahas beberapa
poin penting dari unsur-unsur itu.
C.
Manfaat Mempelajari Materi
Pada
dasarnya manfaat mempelajari materi ini agar perkembangan personal akan
meningkat secara positif karena adanya bimbingan konseling.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Organisasi Bimbingan dan Konseling
Organisasi adalah sistem kerjasama kelompok orang untuk mencapai tujuan
bersama. (Nawawi, 1994). Pengorganisasian secara harfiah berarti membuat
sesuatu menjadi organis, artinya menetapkan hubungan – hubungan operatif antara
seluruh komponen agar terdapat keselarasan usaha. (Minarjo, 1979: 11).
Sedangkan Lazaruth mengemukakan bahwa pengorganisasian merupakan proses
pembagian tugas – tugas dan tanggung jawab serta wewenang. Sehingga tercipta
suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditentukan[1].
Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan efektif antara
personel sehingga mereka dapat bekerja secara efisien dan mendapat kepuasan
pribadi dalam menjalankan tugasnya. Pengorganisasian dilaksanakan setelah
manajer menetapkan tujuan yang akan dicapai dan menetapkan strategi untuk
mencapainya melalui proses perencanaan.
Dari beberapa pengertian tersebut tampak bahwa pengorganisasian merupakan
langkah menuju pelaksanaan perencanaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Karena
organisasi merupakan alat administrasi untuk untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, maka susunan bentuk dan besar kecilnya organisasi harus disesuaikan
dengan tujuan yang telah ditetapkan tersebut.
Dalam pengorganisasian ada dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu asas
koordinasi dan hierarki. Asas koordinasi adalah pengaturan dan pemeliharaan
tata hubungan agar tercipta tindakan yang sama dala rangka mencapai tujuan
bersama. Sedangkan asas hierarki adalah suatu proses perwujudan koordinasi
dalam organisasi.
Bimbingan konseling adalah Proses pemberian bantuan (process of helping) kepada individu agar
mampu memahami dan menerima diri dan lingkungannya, mengarahkan diri, dan
menyesuaikan diri secara positif dan konstruktif terhadap tuntutan norma
kehidupan ( agama dan budaya) sehingga mencapai kehidupan yang bermakna
(berbahagia, baik secara personal maupun sosial)”
Dengan kata lain bimbingan konseling adalah proses interaksi antara
konselor dengan klien/konselee baik secara langsung (tatap muka) atau tidak
langsung (melalui media : internet, atau telepon) dalam rangka mem-bantu klien
agar dapat mengembangkan potensi dirinya atau memecahkan masalah yang
dialaminya.
Bimbingan berasal dari bahasa Inggris guidance
dikaitkan dengan kata asal guide, yang
diartikan menunjukkan jalan (showing the way),
memimpin (leading), menuntun (conducting),
memberikan petunjuk (giving instruction), mengatur (regulating),
mengarahkan (governing), memberikan nasehat (giving advice)[2].
Konseling berasal dari bahasa latin, yaitu
“consillum” yang berarti “dengan” atau “bersama” yang dirangkai dengan
“menerima” atau memahami[3].
Sedangkan secara terminologi, bimbingan
di arti sebagai proses pemberian bantuan kepada seseorang atau sekelompok orang
secara terus menerus dan sistematis oleh guru pembimbing agar individu atau
sekelompok individu menjadi pribadi yang mandiri. Kemandirian yang menjadi
tujuan usaha bimbingan ini mencakup lima fungsi pokok yang hendaknya dijalankan
oleh pribadi mandiri, yaitu: (a) Mengenal diri sendiri dan lingkungannya
sebagaimana adanya, (b) Menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan
dinamis, (c) Mengambil keputusan, (d) Mengarahkan diri sendiri, dan (e)
Mewujudkan diri mandiri.[4]
Dan konseling di artikan sebagai proses pemberian bantuan yang dilakukan
melalui wawancara dan teknik-teknik pengubahan tingkah laku lainnya oleh
seorang ahli (disebut konselor) kepada individu atau individu-individu yang
sedang mengalami masalah yang dihadapi oleh konseling[5].
Jadi dengan demikian dapat dinyatakan bahwa pengorganisasian kegiatan
bimbingan dan konseling adalah bentuk kegiatan yang mengatur cara kerja,
prosedur kerja, dan pola atau mekanisme kerja kegiatan bimbingan dan konseling.
Kegiatan bimbingan dan konseling dapat berjalan dengan lancar, tertib, efektif
dan efesien apabila dilaksanakan dalam suatu organisasi yang baik dan teratur.
Pengorganisasian kegiatan bimbingan dan konseling ditandai oleh adanya dasar
dan tujuan organisasi, personel dan perencanaan yang matang[6].
B.
Pola Organisasi Bimbingan Konseling
Pola organisasi bimbingan dan konseling di setiap sekolah tidak harus sama. Hal ini sebaiknya disesuaikan dengan
situasi dan kondisi sekolah tersebut. Agar suatu organisasi bimbingan dan
konseling di sekolah dapat berjalan dengan baik, hendaknya memperhatikan
beberapa hal berikut ini:
1.
Semua staf sekolah harus terhimpun dalam satu wadah
organisasi.
2.
Tugas, tanggung jawab, dan wewenang dari
masing-masing petugas petugas harus rinci, jelas, dan tegas[7].
Menurut peran,
wewenang, dan tanggung jawab kepala sekolah pola organisasi bimbingan dan
konseling terbagi menjadi tiga, yaitu:
1.
Pola organisasi yang seluruhnya berada pada satu
garis koordinasi antara tanggung jawab dan program pendidikan di sekolah.
Maksudnya, kepala sekolah di sini berperan langsung sebagai koordinasi
bimbingan dan konseling dan berwenang menentukan kebijakan-kebijakan dalm
kegiatan bimbingan dan konseling.
2.
Pola organisasi yang terpisah dengan program
pendidikan. Maksudnya, Kepala sekolah memberikan peran dan wewenangnya kepada
badan bimbingan. Kepala sekolah hanya sebagai konsultan dan hanya mempunyai
tanggung jawab ke luar.
3.
Pola ketiga adalah organisasi bimbingan berada di
bawah kepala sekolah, dan staf bertanggung jawab penuh terhadap kepala sekolah.
Kepala sekolah berfungsi sebagai koordinator dari seluruh kegiatan pendidikan
dan ikut serta aktif dalam pelaksanaan bimbingan[8].
Ada beberapa kemungkinan pola organisasi bimbingan dan konseling yang dapat
diikuti. Untuk penerapan di sekolah dasar dapat dipilih tiga pola organisasi,
yaitu[9]:
1.
Pola organisasi bimbingan dan konseling dengan memanfaatkan guru kelas
sebagai tenaga pembimbing.
Dalam pola organisasi ini guru kelas berperan langsung menjadi pembimbing
bagi murid-murid di kelasnya. Dengan menerapkan pola ini setiap guru kelas
berkewajiban menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap
murid-muridnya.
Dalam pola organisasi ini, kepapa sekolah sebagai koordinator bimbingan
bertanggung jawab secara langsung terhadap program bimbingan dan konseling di
sekolahnya. Tugas-tugas yang menyangkut pelayanan bimbingan dan konseling
diselenggarakan oleh masing-masing guru kelas. Dalam menangani masalah-masalah
yang memerlukan penanganan secara terpadu, masing-masing guru dapat bekerjasama
dengan teman sejawatnya di sekolah. Begitu pula masing-masing guru dapat
bekerjasama dengan orangtua murid (yang tergabung dalam BP3) untuk mengatasi
masalah-masalah murid yang penanganannya memerlukan keterlibatan orang tua.
2.
Pola organisasi bimbingan dan konseling dengan memanfaatkan seorang
konselor untuk beberapa sekolah terdekat.
Pola ini dapat diterapkan dila kondisi sekolah telah memungkinkan
penempatan tenaga khusus (konselor) untuk menyelenggarakan pelayanan bimbingan
dan konseling. Dalam hal ini seorang konselor bertugas untuk melaksanakan
kegiatan bimbingan pada beberapa sekolah terdekat, atau secaha khusus bertugas
pada setiap sekolah sekaligus, struktur organisasi bimbingan dan konseling
menggunakan pola ini.
3.
Pola organisasi bimbingan dan konseling yang memakai seorang konselor untuk
setiap sekolah.
Sementara itu Fajar Santoadi (2010)
dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Bimbingan dan Konseling Komprehensif”,
mengemukakan 4 (empat) pola dasar organisasi BK di sekolah, yaitu[10]:
1.
Pola Generalis. Tanggung jawab pelayanan BK menyebar di semua pendidik
dan tenaga kependidikan di sekolah (wali kelas, guru mata pelajaran,
staf) dan seorang guru BK profesional yang bertindak sebagai Koordinator BK.
2.
Pola Spesialis. Pelayanan BK ditangani oleh tenaga ahli, sehingga dalam
struktur organisasi BK terdapat unit-unit pelayanan khusus, misalnya Unit
Testing, Unit Konseling, Unit Bimbingan Karier, dsb.
3.
Pola Kurikuler. Pelayanan BK menggunakan pendekatan “seperti layaknya mata
pelajaran” dengan pelaksana utamanya Konselor, dan tidak diperlukan koordinator
BK.
4.
Pola–Pola Relasi Manusia. Bimbingan dan Konseling bekerja dengan
menciptakan relasi antarmanusia dalam bentuk kelompok-kelompok perkembangan.
Konselor dan Guru Mata Pelajaran bertindak sebagai promotor dan pendamping
kelompok-kelompok bimbingan.
C.
Koordinator Bimbingan
Koordinator bimbingan dan konseling yaitu orang yang bertugas mengkoordinir
kegiatan atau program bimbingan dan konseling di sekolah. Sebagai penanggung jawab utama untuk pelayanan bimbingan, koordinator
memegang administrasi bimbingan, yaitu mengatur kerja sama di antara tenaga
bimbingan dan mengarahkan semua kegiatan bimbingan yang mereka lakukan.
Jabatan pimpinan ini membawa tugas mengadministrasikan orang dan
kegiatan termasuk di dalamnya segi tata usaha. Mengadministrasikan bimbingan
tidak berarti memberikan perintah-perintah kepada para bawahan dan menuntut
kekuasaan serta mengambil hak untuk mengambil semua keputusan seolah-olah
berlaku suasana disiplin militer. Koordinator
bersama dengan seluruh anggota staf bimbingan yang lain membentuk suatu
tim kerja yang bersama-sama mengusahakan pelayanan bimbingan yang seoptimal
mungkin. Bekerja sebagai suatu tim tidak serba mudah
karena setiap anggota tim harus rela mengakui sumbangan yang diberikan oleh
rekan-rekannya, dan tidak dapat memandang hasil dalam pelayanan bimbingan
sebagai hasil usahanya sendiri. Sebagai pimpinan staf bimbingan,
koordinator harus memenuhi tuntutan akademik dan harus mampu menciptakan
jaringan kerjasama antara orang-orang yang berkepribadian lain-lain serta
memberikan sumbangan yang berbeda-beda. Dalam berkomunikasi dengan anggota staf
bimbingan lainnya, koordinator harus menunjukkan sikap menghargai dan
menghormati profesionalitas rekan-rekannya seta memberikan kebebasan yang wajar
kepada setiap tenaga bimbingan dalam menunaikan tugasnya. Koordinator bimbingan dan konseling bertugas :[11]
1.
Mengkoordinasi para guru pembimbing dalam:
a.
Memasyarakatkan pelayanan kegiatan bimbingan dan konseling kepada segenap
warga sekolah.
b.
Munyusun program kegiatan bimbingan dan konseling .
c.
Melaksanakan program bimbingan dan konseling
d.
Mengadministrasikan program kegiatan bimbingan dan konseling
e.
Menilai hasil pelaksanaan program kegiatan bimbingan dan konseling
f.
Menganalisis hasil penilaian pelaksanaan bimbingan dan konseling
g.
Memberikan tindak lanjut terhadap analisis hasil penilaian bimbingan dan
konseling
2.
Mengusulkan kepada kepala sekolah dan mengusahakan bagi terpenuhnya tenaga, prasarana,
dan sarana. Alat dan perengkapan pelayanan bimbingan dan konseling;
3.
Mempertanggung jawabkan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling.
D.
Administrasi Program Bimbingan
Administrasi program bimbingan dan konseling dimaksudkan sebagai kegiatan
pengaturan lalu lintas kerja pelayanan bimbingan dan konseling sehingga
kegiatan tersebut tetap lancar, efisien, dan efektif. Pengadministrasiannya
dapat berupa pencatatan data murid, penyimpanannya, pelaporan, dan pengalih tanganan masalah murid kepada tenaga yang lebih ahli/relevan[12].
Kegiatan administrasi ini dapat berupa pencatatan data murid,
penyimpanannya, pelaporan, dan pengalihtanganan masalah murid kepada tenaga
yang lebih ahli atau relevan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyelenggarakan administrasi, antara
lain[13]:
a.
Mengingat kegiatan bimbingan dan konseling dilakukan oleh guru kelas maka
sebaiknya pekerjaan administrasi tersebut tidak terlalu menyita waktu mereka.
Catatan-catatan yang dikerjakan haruslah bersifat sederhana.
b.
Catatan-catatan pribadi yang dibuat harus dijaga kerahasiaannya.
c.
Semua catatan yang dikumpulkan hendaknya dimaksudkan untuk keperluan
layanan bimbingan dan konseling.
d.
Setiap catatan tentang murid hendaknya mudah ditemukan.
Pola kerja administrasi bimbingan dan konseling di sekolah dapat
digambarkan sebagai berikut:
a.
Pada saat pertama diterima sekolah, data pribadinya dicatat dari hasil
pengedaran angket pada orang tua, atau dengan menggunakan teknik-teknik
pengumpulan data lainnya. Data tersebut kemudian dimasukkan kedalam file, map
atau buku pribadi masing-masing murid.
b.
Data murid yang diperoleh dari catatan anekdot selama proses
belajar-mengajar dimasukkann kedalam dokumen murid yang bersangkutan.
c.
Bila guru memandang perlu memberikan pelayanan kepada murid, maka
laporannya juga dimasukkan kedalam dokumen di atas.
d.
Konsultasi guru dengan orang tua murid hendaknya juga dicatat dan
dimasukkan kedalam dokumen.
e.
Setiap bulan guru diharapkan dapat memberikan laporan tentang pelayanan
bimbingan dan konseling kepada kepala sekolah, baik secara tertulis mauun
secara lisan.
Sarana penunjang
pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling di sekoah dasar, antara
lain[14]:
a.
Ruang serba guna bimbingan. Pada ruangan ini dapat dilakukan berbagai
kegiatan bimbingan dan konseling seperti bimbingan kelompok, konseling
perorangan, pemberian informasi dan lain sebagainya. Ruang tersebut harus
menyenangkan, tidak memberikan kesan yang sama dengan situasi kelas dan
terhindar dari suasana keributan.
b.
Alat-alat mobiler seperti almari, meja, kursi konseling, dan kursi tamu.
c.
Alat-alat kelengkapan bimbingan seperti alat-alat pengumpulan data,
alat-alat penyimpanan dan pengolahan data, buku paket bimbingan karier, papan
media bimbingan (untuk keperluan pemberian informasi) dan sebagainya. Alat-alat
ini sebaiknya disimpan pada ruangan serba guna bimbingan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pengorganisasian kegiatan bimbingan dan konseling adalah bentuk kegiatan
yang mengatur cara kerja, prosedur kerja, dan pola atau mekanisme kerja
kegiatan bimbingan dan konseling. Kegiatan bimbingan dan konseling dapat
berjalan dengan lancar, tertib, efektif dan efesien apabila dilaksanakan dalam
suatu organisasi yang baik dan teratur. Pengorganisasian kegiatan bimbingan dan
konseling ditandai oleh adanya dasar dan tujuan organisasi, personel dan
perencanaan yang matang.
Bentuk atau pola organisasi bimbingan dan konseling dikembangkan sesuai
dengan situasi dan kondisi sekolah dan besar kecilnya isi program. Ada berbagai
macam pola organisasi bimbingan dan konseling yang dapat diterapkan di sekolah.
Koordinator bimbingan dan konseling yaitu orang yang bertugas mengkoordinir
kegiatan atau program bimbingan dan konseling di sekolah. Sebagai penanggung jawab utama untuk pelayanan bimbingan, koordinator
memegang administrasi bimbingan, yaitu mengatur kerja sama di antara tenaga
bimbingan dan mengarahkan semua kegiatan bimbingan yang mereka lakukan
Administrasi program bimbingan dan konseling dimaksudkan sebagai kegiatan pengaturan
lalu lintas kerja pelayanan bimbingan dan konseling sehingga kegiatan tersebut berjalan
lancar, efisien, dan efektif. Pengadministrasiannya dapat berupa pencatatan
data murid, penyimpanannya, pelaporan, dan pengalihtanganan masalah murid
kepada tenaga yang lebih ahli/relevan
B.
Saran
Program bimbingan dan konseling merupakan bagian
integral dari proses pencapaian tujuan pendidikan, oleh karenanya program
bimbingan dan konseling merupakan sebuah kemestian bagi agar tercapai tujuan
pendidikan. Mengingat hal itu, maka kami menyarankan kepada pemangku kebijakan
untuk selayak menyediakan konselor di setiap sekolah, sehingga pendidikan di
Indonesia ddapat mecapai tujuan sebagaimana yang di amanatkan Undang-undang.
[1] Dewa Ketut Sukardi, Manajemen Bimbingan
dan Konseling di Sekolah, (Bandung: Alfabeta, 2003 ), hlm. 95 – 96
[2] W.
S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Yogyakarta:
Grasindo, 1997), hlm. 65
[3] Prayetno,
dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka
Cipta 1999), hlm. 99
[4] Dewa Ketut
Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah,
(Jakarta:Rineka Cipta, 2008), hlm. 20
[5] Soli
Abimanyu, M. Thayeb Manrihu, Teknik dan Laboratorium Konseling, (Jakarta
Depdikbud, Dirjen Pendidikan Tinggi, Proyek Pendidikan Tenaga Akademik, 1996),
hlm. 12
[6]Dewa Ketut Sukardi, Manajemen Bimbingan
dan Konseling di Sekolah, (Bandung: Alfabeta,
2003), hlm. 96 – 97
[8] Yusup Gunawan, Pengantar Bimbingan dan Konseling:
Buku Panduan Mahasiswa, (Jakarta: Gramedia Pustaka utama, 1996), hal. 276.
[9] Nintya Sintya Devy, Program,
Organisasi dan Administrasi Bimbingan dan Konseling, di akses dari http://nintyasintya.blogspot.com/2013/10/makalah-program-organisasi-dan.html pada tanggal 05 april 2016 pukul 16:51
[10] Akhmad Sudrajat, Mencari
Alternatif Pola Organisasi BK di Sekolah, di akses dari https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2013/06/16/pola-organisasi-bimbingan-dan-konseling-di-sekolah/ pada
tanggal 05 April 2016 pukul
16:59
[11] W. S. Winkel, Bimbingan
dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Yogyakarta: Grasindo, 1997), hlm. 803
[12] Erman Amti dan Marjohan, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Depdikbud, 1992), hlm. 155
[13] Winda Kurniati, Program,
Organisasi dan Administrasi Bimbingan dan Konseling, di akses dari http://windakurniati.blogspot.com/2013/12/program-organisasi-dan-administrasi.
html pada tanggal 05 april 2016 pukul 17:53
How to bet on sports toto | Sporting 100
BalasHapusSports 토토 사이트 추천 toto sports toto are popular and not only because they are so convenient and intuitive, they can be found in several sports betting sites. The